Archive for April, 2016

Alhamdulillah, ing sonten wau kulo saget ziarah teng sareat Kyai Ageng Mangir (Kyai wonoboyo mangir) lan ngartos silsilahipun kanjeng panembahan senopati utowo mertua saking Isitri Kyai ageng mangir asmanipun Nyai pambayan. Sebuah perjalanan untuk menelusuri silsilah keluarga dan menyambung silaturahim (kebaikan).. Bismillah 🙂
 
#Pertama mengunjungi situs watu gilang…
Kota Gede merupakan cikal bakal Ngayogyakarta Hadiningrat atau yang kita kenal Yogyakarta. di Kota Gede inilah pertama kali keraton / kerajaan mataram dibangun. Adanya perjanjian Giyanti (13 Februari 1755), maka Kerajaan Mataram dibagi dua yaitu Pangeran Mangkubumi (Sultan Hamengkubuwana I) berkuasa atas setengah daerah Kerajaan Mataram yang terletak diwilayah JOGJA dan Sunan Pakubuwana III berkuasa atas setengah daerah lainnya dengan nama baru Kasunanan Surakarta (lebih dikenal sebagai kota SOLO).
 
Berbicara mengenai Kerajaan mataram, pendiri Kesultanan Mataram yang memerintah sebagai raja pertama pada tahun 1587-1601 adalah Panembahan Senopati atau bernama Sayidin Panatagama Khalifatullah. Raja panembahan senopati ini riwayatnya menikah dengan 3 istri melahirkan putra-putri 14 orang. Dalam perjalanan sejarah tersebut, panembahan senopati mempunyai musuh atau berselisih dengan Kyai Ageng Mangir (seorang tokoh agama dan sakti dari desa mangir yang masih dalam wilayah kekuasaan mataram). karena Kyai Ageng Mangir tidak tunduk kepada panembahan senopati (raja mataram) maka raja berencana untuk membunuh Kyai Ageng Mangir. karena Kyai Ageng Mangir tidak mudah dikalahkan, maka panembahan senopati mencari cara terbaik yaitu dengan menghasut Putri Pembayun (putri kesayangan Panembahan Senopati) untuk bersedia menjadi duta menyelesaikan dan menundukkan Ki Ageng Mangir Wonoboyo. Singkat cerita sang putri menyamar menjadi seorang penari di desa mangir yang membuat Kyai Ageng Mangir terpikat dan akhirnya menikah. Sampai pada akhirnya setelah menikah dan sang putri mengandung 8 bulan akhirnya putri pambayun menceritakan kebenaran bahwa ia adalah putri dari panembahan senopati sehingga meminta Kyai Ageng Mangir untuk menemui orang tuanya yang tidak lain adalah musuh Kyai Ageng Mangir sendiri. Selanjutnya Ki Ageng Mangir menuruti permintaan istrinya untuk segera pergi ke istana (ngunduh mantu). pada waktu yang telah ditentukan tersebut Kyai ageng mangir di arak dari desa mangir menuju kekeraton oleh masyarakat dan pera kerabat yang cukup banyak (konon saat ini juga dibawakan EMBAN yang dalam bahasa jawa artinya MENTUL-MENTUL yang menjadi awal mula nama kabupaten BANTUL). Singkat cerita, pada saat menemui mertuanya, kyai Ageng Mangir melakukan sungkem (dalam adat jawa sungkem dilakukan dengan sujud yang dalam hal ini sujud di kaki panembahan senopati). ketika Kyai Ageng Mangir sungkem yang pada saat itu jg Panembahan Senopati duduk diatas batu (namanya batu meteor yg di foto itu) dan ketika sungkem tersebut panembahan senopati dengan kesaktiannya menghempaskan ke batu tersebut hingga batunya menjadi dekok atau gilang. Saat ini batu tersebut masih ada dan saat ini dikenal dengan situs watu gilang dan jika ingin melihatnya ada dalam ruangan yang mana disitu bida dilihat watu gilang, watu gateng dan gentong batu (sebagai tempat wudu).
 
#Selanjutnya berziarah di makan Kyai Ageng Mangir
Sebelum ziarah harus menggunakan pakaian adat jawa dan tidak diperkenankan menggunakan alas kaki serta dianjurkan wudu dahulu. Saat berada di makan (tidak boleh di foto), makam Kyai Ageng Mangir terletak di ujung dan setengah makamnya di dalam ruang makam raja-raja dan setengah makamnya berada diluar. Salah satu alasan kenapa? karena dalam satu sisi Panembahan Senopati masih menganggap sebagai bagian keluarga karena menantunya dan sisi yang lain Panembahan Senopati menganggap Kyai Ageng Mangir adalah musuh..
Begitulah sedikit cerita mengenai Kyai Ageng Mangir yang dalam catatan silsilah, kabarnya masih ada kaitannya menurut informasi keluarga yang berasal dari ibu.. tapi bagi saya hu allahu a’lam bishawab, hanya Allah yang tau karena kalau dikaji berdasarkan kronologis waktu itu sangat lama sekali dan rasanya tidak mungkin..
Bagi saya, sejarah itu penting untuk menambah wawasan.. namun akan lebih baik, ketika tidak hanya mengetahui saja juga seharusnya bisa mengambil sisi baik dari para tokoh dan menerapkan di kehidupan.. Apalagi tugas para tokoh dahulu adalah menyebarkan agama islam (berdakwah)..
20160407_160250
Ing Ziarah teng Keraton Mataram nipun wajib nganggo pakaian keraton
20160407_141142
Sareat Kanjeng Panembahan Senopati, Lek sampun mlebed teng dalem gerbang Saret mboten pareng beto kamera utowo motret teng sareat. Sareat ipun kangge Ziarah mboten angsal wisata
20160407_141101pintu masuk sareat dan masjid kota gede
20160407_141231
halaman masjid kota Gede
20160407_143750
Situs watu Gilang lan watu gatheng
20160407_143352
Foto kaleh juru kuncine (asmanipun Bawak Narto)
20160407_143553 copy Niku seng namine watu gilang, sanjange pas Kyai Ajeng Mangir sungkem kaleh
Panembahan Senopati di hempaskan ke batu sampai akhirnya membentuk bekas (gambar kuning)
20160407_143635
20160407_143655
Namine watu gatheng, riyen watu niki kangge permainan ing keraton
20160407_143703
namine gentong nanging asale sangkeng watu n sajange riyen kangge wudu ingkang sholat
20160407_150452
niki namine tembok bokong semar, disebut ngoten niku sanjange mirip kaleh bokong semar (tokoh pewayangan)
20160407_150525Benteng bokong semar, riyen benteng utama ing keraton mataram
20160407_160644
Sisilah Kerajaan Keraton
20160407_160656
Ratu pembayun niku putri pertamanne Panembahan Senopati seng dadi istrine Kyai Ageng Mangir
F20160407_1606166 Ingkang sumare wonten hastono kota Gede. Seng gambar kuning niku makame Kyai Ageng Mangir. Letak makam ipun separo teng ndalem lan separo teng luar. Sanjange riyen panembahan senopati masih menganggap Kyai Ageng Mangir sebagai mertua dan disisi lain juga menjadi musuh, sehingga makamnya berada diperbatasan.